Pengalaman Menggunakan Free Hosting, Shared dan VPS untuk Blog

Saat ini blogging menjadi primadona bagi mereka yang ingin mencari penghasilan sampingan dari internet. Selain fleksibel, menjadi blogger juga menyenangkan karena bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun menggunakan perangkat sederhana seperti smartphone, tablet ataupun komputer pribadi. Kita cukup bermodalkan internet sudah bisa membuat blog gratis. Pada umumnya semua data blog disimpan pada sebuah server, entah itu milik pribadi ataupun milik provider. Nah, para blogger profesional biasanya menggunakan hosting VPS untuk menyimpan blog agar dapat diakses secara online. Lantas apakah penggunakan VPS untuk blog itu menguntungkan? apa saja manfaat dan kerugiannya? simak pengalaman saya menggunakan VPS selama kurang lebih 5 tahun berikut ini…

Sebelum Mengenal Server Hosting

Saya memulai menjadi blogger yaitu pada tahun 2012. Pada saat itu saya tidak tahu apa itu server dan hosting, yang saya tahu yaitu membuat blog gratis dengan cara mendaftar di flatform blog, yaitu mywapblog atau populer disebut MWB.

Kita cukup mendaftar maka otomatis akan mendapatkan sebuah url blog sesuai domain yang kita inginkan, misal septianriyaduss.heck.in. Nah heck.in ini domain milik mywapblog. Jadi blog gratis itu tidak bisa seperti blog saya saat ini yang ujungnya menggunakan domain berbayar sendiri.

Blog Hosted vs Self Hosted
Blog saya saat masih menggunakan flatform blogger

Nah pada 2016 mywapblog tutup, terpaksa saya harus migrasi ke flatform lain. Saya memilih blogger.com milik google. Nah dari sinilah saya mengenal jenis blog yaitu hosted dan self hosted.

Blog Hosted vs Self Hosted

perbedaan blog gratis dan berbayar

Perbedaan blog free hosted dan self-hosted yaitu pada hostingnya. Blog hosted adalah blog gratis dimana kita bisa memiliki blog hanya dengan melakukan pendaftaran pada sebuah flatform, misal blogger.com atau wordpress.com. Sedangkan, self-hosted yaitu kita menggunakan hosting sendiri, entah itu membeli atau menyewa server hosting.

Jika kita menggunakan blog self hosted, selain membutuhkan server juga membutuhkan content management system (CMS). Contoh CMS populer gratis yaitu wordpress.org seperti yang saya gunakan pada blog ini.

Selain dari hosting, perbedaan blog hosted dan non hosted yaitu keleluasaan. Jika menggunakan blog hosted fiturnya terbatas dan hanya dapat menampung traffic sesuai kebijakan flatform blog. Jika melanggar aturan bisa di banned, berbeda jika menggunakan blog self-hosted, kita bisa lebih leluasa melakukan kustomisasi mulai dari spesifikasi server, tema, plugin, dan lain sebagainya.

Nah, karena traffic blog ini waktu itu sudah tinggi dan membutuhkan speed yang lebih baik, maka saya memutuskan pindah dari blogger ke wordpress self-hosted dengan membeli shared hosting murah indonesia.

Pengalaman Menggunakan Shared Hosting

Sejak 2018, saya memutuskan pindah dari blog free hosted ke blog self-hosted karena alasan butuh spesifikasi server yang lebih tinggi agar website lebih cepat di akses dan lebih mudah untuk optimasi SEO.

Di awal saya memutuskan menggunakan Niagahoster. Pengalaman menggunakan niagahoster cukup baik, speed blog meningkat, panel kontrol mudah dipahami serta support nya yang cepat tanggap. Saya rasa niagahoster masih menjadi shared hosting terbaik di Indonesia untuk saat ini. Namun, biaya langganannya cukup mahal bagi saya waktu itu, belum lagi penghasilan saya dari blog belum banyak jadi saya memutuskan untuk migrasi hosting ke provider lain yang lebih murah.

Provider yang saya pilih yaitu idcloudhost. Harga cukup murah dengan spesifikasi yang mumpuni, tidak kalah dengan niagahoster. Namun pengalaman saya menggunakan hosting ini selama kurang lebih 1 tahun yaitu up time yang kurang memuaskan. Terkadang sering down sehingga saya kehilangan traffic di jam-jam penting. Nah di tahun berikutnya saya memutuskan untuk pindah lagi ke provider lain yaitu jagoan hosting.

Nah jagoan hosting ini menawarkan kecepatan yang diatas rata-rata, speed blog saya cukup meningkat drastis dari sebelumnya. Harganya pun masih cukup terjangkau. Namun, up time nya juga kurang memuaskan dan support yang tidak secepat niagahoster. Setelah saya menggunakannya kurang lebih 2 tahun, saya akhirnya memutuskan untuk pindah ke Server VPS luar negeri.

Pengalaman Beralih Menggunakan Hosting VPS (Virtual Private Server)

Shared hosting dan VPS perbedannya cukup signifikan. Bahkan diawal saya membutuhkan waktu sekitar 6 bulan untuk beradaptasi. Mulai dari mencoba seluruh provider VPS terbaik di dunia, mencari panel control gratis yang mudah dan ringan, mencari konfigurasi optimal, serta melakukan perbaikan bug sendiri yang cukup memakan waktu.

Perbedaan Managed VPS dan Unmanaged VPS

VPS sendiri ada 2 jenis, yaitu managed vps dan unmanaged vps. Sebelum ke bahasan utama, mari pahami terlebih dahulu perbedaannya:

a. Perbedaan Managed VPS dan Unmanaged VPS

Ada 2 Jenis VPS, yaitu managed dan unmanaged. Managed VPS adalah VPS yang dikelola oleh penyedia hosting layaknya shared hosting. Kita tidak perlu memikirkan manajemen server seperti update, backup, maintenance, ataupun perbaikan. Harga VPS managed cukup mahal jika dibandingkan VPS unmanaged.

Sedangkan Unmanaged VPS adalah kebalikan dari managed VPS, yaitu sebuah server VPS yang harus dikelola sendiri oleh user, mulai dari instalasi, monitoring, maintenance hingga hal lain seperti backup. Harga VPS unmanaged cukup terjangkau, bahkan bisa mendekati harga shared hosting.

b. Manfaat Menggunakan VPS untu Blog yang Saya Rasakan

Karena budget saya terbatas, maka saya memutuskan untuk menggunakan unmanaged vps. Waktu itu saya mencoba beberapa VPS populer di dunia untuk mengetahui mana yang terbaik, mulai dari Vultr, Digital Ocean, Cloudways, Linode dan Upcloud.

Dari semua itu, menurut saya Upcloud yang paling bagus. Pertama yaitu kecepatannya sangat luar biasa, dari semua provider upcloud yang paling cepat karena menggunakan teknologi MaxIOPS block storage dengan SSD server grade.

Selain karena cepat, uptime nya pun sangat memuaskan, dalam setahun paling hanya beberapa kali down, itupun kurang dari 4 menit. Selain karena cepat, tentu harganya pun sangat terjangkau, mulai dari $5 per bulan. Dari 2020 hingga sekarang, blog ini masih menggunakan VPS dari upcloud dan cukup memuaskan. Inilah perbandingan benchmark dari beberapa VPS yang saya sempat coba.

Inilah manfaat yang saya rasakan semenjak menggunakan VPS:

1. Keuntungan menggunakan VPS

Ada beberapa manfaat yang saya rasakan, antara lain:

  • Kecepatan blog meningkat drastis dibanding menggunakan shared hosting
  • Karena blog cepat, maka SEO semakin baik dan traffic meningkat tajam
  • Lebih kuat dan stabil dalam menahan lonjakan traffic tinggi
  • Uptime baik, bahkan tidak pernah down selama berbulan-bulan
  • Akses dashboard, instal plugin, kustomisasi blog lebih cepat dan ringan
  • Akses penuh dalam kustomisasi server mulai dari instal fitur baru, ganti sistem operasi, ganti panel kontrol, dan meningkatkan keamanan
  • Tidak terpengaruh oleh user lain, tidak seperti shared hosting yang jika ada user yang menggunakan beban berat maka kita akan terdampak
  • Bisa upgrade dan downgrade spesifikasi sesuai kebutuhan
  • Keamanan dan privasi lebih terjamin karena kita seperti menyewa rumah sendiri, bukan apartemen yang banyak penghuni
  • Bisa instal banyak blog dengan performa lebih baik dari shared hosting
  • Bisa di fungsikan untuk hal lain seperti dijadikan VPN, FTP, Cloud Storage, Application Hosting, dan lain sebagainya

2. Kekurangan menggunakan VPS

Namun, segala hal tentu ada plus dan minusnya, Inilah beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum anda memutuskan migrasi dari shared hosting ke vps:

a. Pengetahuan

Ketika kita menggunakan shared hosting, kita tidak perlu memikirkan maintenance, instalasi atau konfigurasi. Cukup instal wordpress dan melakukan migrasi menggunakan cpanel sudah beres. Semua manajemen server sudah dikelola oleh provider hosting, kita cukup fokus dalam mengelola blog.

Namun, jika menggunakan VPS terutama unmanaged VPS, semua hal tersebut harus dilakukan sendiri dan itu cukup rumit karena mayoritas VPS menggunakan OS Linux CLI. Setidaknya kita harus memahami dasar linux untuk mengoperasikan VPS. Saya sendiri membutuhkan waktu sekitar sebulan untuk mempelajari VPS. Jadi sebelum menutuskan pindah, sebaiknya anda membuat akun latihan terlebih dahulu. Hal yang harus dikuasi antara lain:

  • Dasar linux seperti instal, delete, berpindah directory, rename, ganti permission dan melakukan update
  • Instal web server dan komponennya seperti nginx, apache, php, redis, dan sebagainya
  • Instal dan migrasi wordpress self hosted CLI
  • Instal control panel seperti webuzo, spanel, cyberpanel, webmin, easy engine, cpanel dan sebagainya. Pilih salah satu saja
  • Konfigurasi pointing domain dari server lama ke server VPS
  • Melakukan testing

b. Budget

Harga VPS cenderung lebih mahal dari shared hosting, apalagi jenis managed VPS. Jika anda belum menghasilkan dari blog, sebaiknya anda gunakan terlebih dahulu flatform blog gratis atau shared hosting.

Jika sudah cukup menghasilkan dan memiliki traffic banyak, baru anda migrasikan blog ke VPS. Kecuali anda sudah memiliki modal dan tekad besar untuk langsung memulai dengan blog VPS.

c. Waktu

Ketika masih menggunakan flatform blog gratis atau shared hosting, anda hanya perlu fokus mengelola blog. Namun jika anda sudah migrasi ke unmanaged vps maka anda juga harus meluangkan waktu untuk mengelola server, mulai dari melakukan update, maintenance rutin, dan melakukan backup secara berkala.

d. Resiko

Karena VPS memberikan keleluasaan pemiliknya, maka segala resiko seperti keamanan dan kehilangan data ada di pengelolanya. Nah, jika salah sedikit saya, data bisa hilang atau dicuri. Maka dari itu manager server harus memahami terlebih dahulu bagaimana cara mengelola VPS yang baik, mulai dari maintenance rutin, update berkala serta melakukan backup data setiap saat.

Akhir Kata

Itulah pengalaman saya menggunakan blog gratis (hosted), shared hosting serta menggunakan VPS. Semua ada kelebihan dan kekurangannya. Blog hosted menawarkan kehematan karena gratis. Shared hosting menawarkan sumber daya dan kustomisasi yang lebih dan VPS menawarkan kecepatan dan keleluasan.

Itu tergantung keputusan anda, apakah anda tetap menggunakan flatform blog gratis, mencoba shared hosting atau langsung menjadi blogger profesional dengan menggunakan Server VPS.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda, jika ada yang ingin ditambahkan atau ditanyakan, anda dapat meninggalkan komentar di bawah.

Pertanyaan yang sering ditanyakan (FAQ)

Pilih Server VPS Indonesia atau Luar Negeri?

Itu tergantung, apakah target visitor anda dalam negeri atau luar negeri. Namun dari pengalaman saya, VPS luar negeri menawarkan performa dan harga yang lebih baik.

Bagaimana Cara Membuat Blog Gratis?

Dengan mendaftar di flatform blog seperti wordpress.com, blogger.com dan sejenisnya.

Apa Perbedaan WordPress.com dan WordPress.org?

WordPress.com merupakan flatform blog gratis (hosted) sedangkan wordpress.org merupakan CMS open source yang membutuhkan hosting sendiri untuk bisa digunakan.

Tips Memilih VPS?

Cari provider yang terpercaya, menawarkan garansi, harga sesuai dan memiliki testimoni yang baik.

Apakah ada VPS Gratis?

Pada umumnya, semua provider hosting VPS menyediakan uji coba gratis yang bisa dicoba untuk beberapa hari hingga bulan.

Rekomendasi Lokasi Server VPS?

Jika ingin VPS dalam negeri, pastikan letak server berada di Jakarta atau kota terdekat. Jika ingin server luar negeri, pilih negara terdekat yaitu singapura atau negara yang sesuai dengan target visitor anda.

Kapan Blog harus Migrasi ke VPS?

Saat traffic blog sudah tinggi , sering down, dan akses sangat lambat. VPS memberikan kecepatan blog lebih baik sehingga bagus untuk SEO.

Apakah Perlu VPS untuk Blog?

Tergantung, jika traffic anda sudah besar dan ingin kecepatan blog yang lebih baik tidak ada salahnya migrasi ke VPS.

Bagikan jika suka:

Tentang Penulis

Photo of author

Septian Riyadus Solihin

Dikenal juga dengan nama internet Septian Rishal. Beliau merupakan Sarjana Desain (S.Ds) dan lulusan SMK Teknik Komputer Jaringan. Aktif sebagai blogger sejak 2012, sehari-hari bekerja sebagai Digital Marketing Consultant yang memiliki ketertarikan di bidang filsafat, teknologi, game, smartphone, bisnis online, media sosial, investasi, dan desain.

Leave a Comment